aku masih bertanya-tanya, pernahkah kau mencoba untuk bertanya akan diriku yang tak jua menanyaimu saat kita punya waktu menghabiskan bahkan dua cangkir kopi setiap sabtu malam dalam keremangan lilin yang manja menari liar diantara belaian sepoi dinginnya angin yang bertemankan kabut yang membuatmu sedikit meringis sembari mengelus-elus sisi lenganmu? Yah, aku menunggumu dalam debar saat setiap kata yang kau lontarkan akan berakhir dengan nada tanya dengan lirik yang sangat ingin aku dengar. Mungkin memang agak terburu-buru hingga kau belum menangkap tiap ocehanku yang harusnya bisa bersatu di kepalamu untuk membentuk satu saja pertanyaan yang bisa kau bingkiskan padaku. Atau mungkin aku perlu mengingatkanmu saat kita
asyik melontarkan tanya di puncak jurang tepat ketika kau dan aku menggiring senja ke kandang hari, mencerca ombak yang berisik mengguncang tebing atau meneriaki camar yang tak sengaja mengejek kita dalam keremangan yang memudar. Tapi kau tak pernah benar-benar bertanya padaku, hanya menggumam diantara ringkihan indahmu.
aku masih saja terus bertanya-tanya, masih kah kau menungguiku bertanya tentang kau dan aku seperti bocah yang menunggu angin menerbangkan layang-layangnya saat kita terhenyak di pematang sawah kering sementara rerumputan saja tak tahu sempat kah angin menitipkan jadwal berkunjungnya hari itu untuk sekedar menyalami dengan desisan lirih. aku takkan berhenti bertanya tentang dirimu meski hanya akan ada setengah cangkir kopi untuk kita berdua sekali pun yang mambuatmu lebih lama bersisian denganku di meja pinus, membebankan kepalamu di ujung bahuku, mendengarkanku bercerita tanpa menguap, atau mendengarmu menggumam tanpa serak hingga malam juga benar-benar bertanya denga lelah kapan kita akan menutupnya. Tapi kau tak pernag benar-benar bertanya.....
0 comment:
Posting Komentar