13 April 2012

Sejumput Kerinduan yang Dimakan Waktu


Pict. from here
Sudah sepuluh kemarau sejak kau tak lagi terlihat di tebing Padangkawi, memandangi lautan yang selalu bungkam setelah mencuri kekasihmu. Sambil berdiri, kau dulu selalu bertanya pada angin laut tentang kabar kekasihmu itu setiap Minggu sore, mengacuhkan para camar yang menertawaimu. Saat lelah berdiri, kau mulai mencari ranting pohon lalu duduk sambil mengukir nama kekasihmu itu di tanah. Kau tak tahu, aku hampir selalu mendapati airmatamu merembes di tebing pipimu yang halus sebelum meloncat ke sela  huruf-huruf yang kau tulis.
Pertama kali aku melihatmu di sana, kau begitu ceria dengan baju putih dan rok bercorak bunga Alamanda. Masih bisa kuintip sesimpul senyum yang kau gantungkan. Kala itu kau tengah melambai pada kapal kayu yang melintasi garis cakrawala. Hingga senja tertidur kau masih disana, dengan senyum yang tak mengendur.
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.