28 Juni 2012

Memori Khira

Kay, kau ingat, saat kau ngambek sore-sore di beranda sambil memandangi layang-layang api yang berkejaran di udara. kau diam. lamaaa sekali. dan ketika para layang-layang api itu lelah, kau bilang, "maaf atas air mukaku. aku jutek ya?" aku hanya menggeleng sambil tersenyum. hampir saja aku meleleh dari beranda. kau tahu, saat itu aku sadar, Kay, aku menyukai pipimu yang cembung, suaramu yang ranum. aku menyukaimu.
Masih kukenang jawabanmu saat aku mencoba menyatakan kesadaran hatiku. "Sebaiknya jangan, Khira. Jangan menyiksa dirimu seperti ini. Aku telah tertambat di hati yang lain." Aku sudah menduga, hingga setelahnya tak ada gunung yang runtuh atau gemuruh petir dengan angin badai. aku tak pernah ragu pada kebenaran pepatah sepatah cinta dan kepemilikannya, Kayla. aku tahu keniscayaan rasa sakit yang salah mengartikan kau sebagai bahasa kalbu. perih.
Kayla, kau tahu lagi, semenjak masa itu, secara idiopatik, aku makin menyukaimu. maka maafkan lah aku yang akan selalu menghantuimu...
Read More

24 Juni 2012

Terik


Hari ini matahari sedang datang bulan
Ia lalu adalah kau yang menjelma
Menjadi terlalu sensitif pada keadaan
Selalu terlalu pagi untuk panas kegerahan
Ceracaumu juga pedas yang tertahan
Sementara tak ada senyum yang mengawan
Atau sayang yang menghujan.
Read More

12 Juni 2012

sketsa

aku ingin mengenalmu seperti gurat, segaris segaris
yang biasa kau kenalkan pada kertas
memindai biografismu bergores-gores
ke dalam otakku yang paling dalam. hippokampus
terus. tanpa putus

aku ingin menemuimu di dalam sketsa
seperti gores-goresnya yang saling menemukan.
membentuk. mewujud.
tak perlu lama, namun penuh wacana, makna.
lalu biarkan naluri yang mencukupkannya

aku ingin mendekatimu bersama arsir
yang seperti aku hasratkan dekat dengan realisme
seperti karbon pensil yang kau dekatkan dengan kapas
tidak ragu, tanpa penghapus
merajakan abu-abu yang serius
dan biarkan tawa yang menjadikannya berwarna.



Pict from here
Read More

08 Juni 2012

Air

kataku adalah air pendatang
masih menghujan sesenggukan, belum mengalir.
mendarat pada daun. menggantung.
sebelum ditiupkan udara lalu mengenal tanah
mengngarai.
sudikah ia diizinkan mengalir?
Read More

rimanolog

Bagaimana
jika waktu itu kita bersitatap lebih lama
Lebih lama.
Lalu kujabat aroma sore. Mega.
Ah, pandangan pertama...

katakan
kapan kau mau membawakan temu
Memungut satu-satu huruf namamu
Membingkiskan sekotak huruf namaku
Membiarkan kenal merambati kita malu-malu

hai, kamu.
Seperti yang biasa kau inisialkan.
Pada pagi, pada langit, pada asin, pada ikan.
Pada mata yang sewarna intan
Kilau.
Pada bagimana senyum yang menyimpul pelan

Bagaimana jika di suatu waktu lain di ujung siang
Atau di tengah-tengah petang yang matang
Kita mengatur waktu untuk menghilang. Berlanglang
Kemudian menjenguk rinduku nan meradang
Setelah itu kau kuantar pulang

Yah, mau bagaimana lagi,
Imajiku tak habis mem-bagaimana-kan angan
Sejak angan berubah menjadi sepasang mata mungil
Yang padanya aku menandai sore menjadi lebih lama
Lebih lama
Bagai nama.
Read More

01 Juni 2012

(K/S)esal

ada penyesalan yang tergores tepat di awal tengah tahun ini. rasanya lebih sakit daripada diputusin cewek. lebih perih. saya di Tuming (turun minggu; adalah hukuman yang diberikan dengan menambah 1 minggu stase pada satu subdivisi medis di rumah sakit.) oleh seorang supervisor di tempat saya bertugas sebagai Coass (dokter muda; red) karena alasan peraturan yang dibuatnya sendiri. peraturan yang katanya sudah menjadi turun-temurun di bagian ini. sebuah aturan yang menurut saya tidak masuk akal. menghafal seluruh pasiennya dengan lengkap dan terperinci, lalu ketika ia berkunjung, ia akan menanyai kami para coass semua tentang pasiennya. sebuah hal yang bahkan ia sendiri tidak sanggup melakukannya.

lalu, hari ini ia membentak. bertanya siapa yang tidak bisa menghafal? aku kalah. tidak yakin pada hafalanku sendiri. lalu disanalah penyesalan itu mulai membumbung. mengisi seluruh dadaku hingga sesak.

namun penyesalan yang timbul itu bukan karena saya tidak sanggup menghafalnya, karena sudah hampir satu minggu di stase ini kerjaan saya dan beberapa teman-teman yang lain hanya menghafal sesuatu yang sebenarnya tidak layak untuk dijadikan prioritas bagi seorang Coass. yang saya sesalkan adalah, bahwa itu hanya Tes Mental. Ia tidak benar-benar bertanya. aargh... betapa kesalnya saya...

aargh... Damn.

satu minggu yang sia-sia. minggu depan akan menjadi deja-vu yang paling mnejengkelkan...
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.