pict. from here |
"eh? tidak, hanya kemasukan debu. duduk di batang pohon membuat mataku kelilipan. bintang-bintangmu saja yang membuat air mataku sekilau tangis."
"kau selalu mengelak saat kupergoki jempolmu yang mengusap, menyembunyikan air mata. aku yang sebuta jam dua belas ini pun bisa mengintip diantara jempolmu itu. Aku tahu malam, Khira, aku tahu tak akan ada terlalu banyak debu saat tak ada ngengat yang melintas. dan ditempatmu tak ada satupun."
"haha... aku tak pernah bermaksud mengelabui malam yang jompo. ini bukan air mata. ini hanya bulir ampas dari produksi kenyataan. sisa. bekas."
"hmmm, khukhukhu. jika ketidakmengakuanmu juga adalah canda, maka candaanmu selalu hambar. kau tahu, bercanda denganmu tak pernah membuatku terbahak."
"ha!! tapi kau cekikikan. itu adalah bentuk kemajuan untuk usiaku yang imortal."
"lalu apakah guna cekikikanku untuk menemani usiamu?"
"entahlah, mugkin itu akan memudarkan makna pathetic yang memakan realtas pada diriku dalam memoriku yang juga pendek. atau meredam gemuruh geram garang yang menjadi malang pada rekanmu, pada dunia. itu bisa sedikit membantuku."
"jadi kau terbangun sebuta ini untuk menggelitik rahangku agar bisa menempa kunci kandang kelegaanmu?"
"hmmm, kurasa begitu. tapi kau lupa satu hal. aku terlalu rendah untuk menjangkaumu, Langit. aku hanya ingin terjaga memandangi venus-mu di kejauhan fajar."
"intersting. silakan menikmati venus-ku yang fana. aku tidur dulu kalau begitu. akan kubiarkan selimut awanku tetap dilantai jika kau kedinginan. selamat malam."
1 comment:
ini tentang langit ya? atau apa? hehe
klo tentang langit. saya suka memandang langit malam kalo lagi galau :D
Posting Komentar