10 September 2014

Merelakan Kehilangan





Seringkali orang-orang mengalah pada perasaannya dan mengabaikan kemampuannya untuk merelakan. ~ falra




Saya pernah mencintai seseorang begitu dalam. Sangat dalam sampai-sampai ketika dia pergi sebelum sempat mengetahui apa yang saya rasakan, saya menjadi orang yang sulit menerima. Saya berpikir, betapa tidak adilnya kehidupan ketika kita diberikan perasaan cinta yang pada akhirnya tidak pernah kita miliki. Saat itu saya belum belajar, bahwa apa-apa yang tidak sempat kita miliki bukanlah sesuatu yang perlu ditangisi terlalu lama.

Tak ada gunanya mempertahankan ego dan berdebat dengan diri sendiri tentang ketidakmampuan kamu mendapatkan sesuatu. Toh, seberapa besar pun kamu bertahan pada keinginanmu, tak ada yang bisa kamu lakukan untuk memaksa hati orang lain untuk kembali, karena menyayangi tidak pernah bersifat memaksa. Ada beberapa kehilangan yang seberapa pun kuatnya kita mencari, tetap tidak bisa kita temukan kembali. Pada akhirnya, segala hal yang telah hilang dan tak ditemukan -- cepat atau lambat -- hanya bisa direlakan.

Begitulah hidup. Pada segala sesuatu yang bermula, Selalu akan ada akhir. Pada setiap penemuan akan selalu ada kesempatan untuk kehilangan. Kita terkadang terlalu  takut menanggapi datangnya kesempatan itu. Hal itu kemudian membuat kita menjaga terlalu ketat, menggenggap terlampau erat. Padahal tanpa kita sadari, hal itulah yang membuat kita kehilangan. Tidak adilkah? Tentu tidak jika sesuatu yang kita jaga itu serupa harta atau benda berharga. Namun menjaga seseorang dari kehilangan tidak begitu. Menyayangi sepenuhnya dan percaya seutuhnya, begitulah cara menjaga yang baik menurut saya.

Saya berpikir, jika pada akhirnya dengan penjagaan yang sebaik itu saya tetap kehilangan, mungkin saya patut bersyukur. Tuhan tidak membuat saya menyia-nyiakan waktu lebih banyak dengan orang yang salah.

Sudah baca atau nonton film The Fault in Our Stars? film yang belum lama tayang di bioskop tentang seorang remaja perempuan bernama Hazel Grace yang menderita kanker kelenjar tiroid yang saling jatuh cinta dengan Augustus Waters yang mengidap kanker tulang.

Ada momen di sepertiga akhir film ketika Hazel Grace menceritakan saat-saat ia masuk ke ruang Gawat Darurat Rumah Sakit. Waktu itu Hazel Grace sedang merasakan sakit yang sangat hebat di dadanya. Perawat biasanya akan bertanya skala nyerinya dari nol hingga sepuluh agar bisa menentukan obat apa yang akan diberikan. Ketika ditanya, Hazel Grace mengangkat sembilan jari. Setelah diberi obat dan nyerinya berkurang, perawat itu datang lagi dan bilang kalau Hazel Grace adalah gadis yang kuat, karena perawat itu tahu, nyeri seperti yang dirasakan Hazel Grace seharusnya bernilai sepuluh.

Bagi Hazel Grace itu tidak sepenuhnya benar, karena sebenarnya ia telah menyimpan skala rasa sakitnya yang paling dalam saat kehilangan Augustus. Berlebihan? Tidak, koq. Kehilangan memang menyakitkan. seolah-olah setiap tarikan nafas kita mengandung racun yang kemudian menetap di bagian dada yang paling dalam, dan tak ada cara tercepat untuk melegakannya, tidak juga dengan hembusan nafas panjang. Namun memaksakan kehendak tidak akan membuat segalanya menjadi lebih baik. Saya tidak ingin membiarkan diri saya lebih luka dengan mempertahankan apa-apa yang tidak seharusnya saya miliki.

Merelakan bukan tanda kelemahan, tetapi sebagian orang berpikir begitu. Sebaliknya, melepaskan sesuatu yang telah menjadi bagian dari ingatan kita itu butuh kekuatan yang besar. Lalu, hidup dengan ingatan tentang seseorang yang tak lagi ada itu butuh kekuatan yang lebih besar. Ada banyak orang yang tidak cukup kuat untuk bertahan hidup setelah kehilangan. Kenapa? mungkin karena kita belajar ikhlas dari keimanan, dan keimanan seharusnya lebih tinggi tempatnya dibanding kecintaan. Orang-orang yang meletakkan cintanya lebih tinggi akan sulit melepaskan, dan begitulah mereka sulit menjadi lebih kuat setelah kehilangan.

Merelakan kehilangan berarti membuat kesepakatan dengan diri sendiri untuk membuang beban dari setiap kenangan yang tinggal. Dengan begitu kita tidak akan melukai siapa pun, bahkan diri kita sendiri.


***


Falra. :))



6 comment:

Azure Azalea mengatakan...

kak, catatannya..... :")))))

amira mengatakan...

Keren abang ee

Falra mengatakan...

wah. ada kak fiqah. senengnya dikomen sama kakak yang satu ini.

Falra mengatakan...

makasih, amira. :)

Unknown mengatakan...

nice..

Unknown mengatakan...

nice..

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.