31 Agustus 2012

surat rindu pertama

Pict from here
1 September 2012

lagi
lagu dari radio telah membawa kamu
beserta aroma rambutmu
melayang melewati lembayung
hingga menenggelamkan aku bersama sesuatu yang dulu
kita ciptakan

kita menyebutnya kenangan

dear Kila,

entah bagaimana aku memulainya. apa kabar menjadi terlalu klise bahkan canggung untuk kita yang telah bersama selama duapuluh kemarau. tapi tetap saja aku hampir mati untuk mengetahui kabarmu. apa kabar, sayang?
seperti yang kau tahu, ini surat pertama yang aku tulis -- dan pastinya surat pertama yang kau terima jika kau sudah membacanya -- semenjak jarak benar-benar menjauhkan aku darimu, semenjak waktu menjadi terlalu naif pada saat-saat kerinduanku, mungkin juga kerinduanmu. ya, aku merindukanmu, Kila. lebih dari aku merindukan hujan yang katanya tak pernah lagi mengunjungi ladang kita. lebih dari aku merindukan atap beranda rumah kita yang bocor lalu saat hujan turun kau akan menadah ember seraya menggerutu padaku untuk segera memperbaikinya. ah, kau nampak selalu manis, bahkan saat menggerutu. tapi aku lebih merindukan dirimu daripada kenangan tentangmu.
Kila, apa kau merindukanku juga?


aku telah membungkus kota
kutitipkan bersama kata
yang kutuliskan dengan tinta kita

kau dan aku menyebutnya rindu

Kila,
apa kabarnya rumah kita? apa masih seperti dirimu? karena senyata apapun rumah kita, tetap saja tempat pulang yang aku rindukan itu adalah dirimu. rumah di sini penuh kesedihan. aromanya malang saat siang dan rona-ronanya kelam saat malam. ada begitu banyak keegoan yang  mengambang keluar dari jendela-jendelanya. kau jangan datang ke sini, ya! rumah di sini menjadi tempat yang terlalu sempit. cinta kita tidak akan muat di dalamnya. sementara, biarkan saja cinta itu terikat pada benang merah yang masing-masing ujungnya menyimpul di jari kelingking kita. tak habis pikir aku membayangkan panjangnya untaian cinta kita, melewati pekarangan kita, melewati hutan, melewati bahari, hingga ke kotaku.

eh? apa kabarnya pohon Kenanga yang kau tanam di pekarangan kita? aku rindu juga padanya. kau biasanya akan menyiraminya dengan kenangan. maka ia tumbuh menjadi masa lalu yang selalu bisa kau dan aku pandangi sambil menikmati semangkuk es serut. mesranya. di kota ini tak ada pekarangan, Kila. wajahmu akan langsung menatap keriuhan, kekeruhan, atau bahkan kerusuhan yang menggembel di tengah jalan. tak ada kehangatan mentari yang rela mengunjungi pagi di kota ini, maka pagi hanya akan menjadi subuh-subuh yang tertunda dimana pria akan lupa mengecup kekasihnya demi pekerjaan. dirumah yang aku tempati ini hanya ada sebuah pot tembikar dengan tanah kering yang cuma bisa kutanami fotomu. berharap-kalau-kalau ia bisa tumbuh menjadi sekuncup senyummu yang bisa ku kecup setiap hari.

lalu, apa kabarnya senyummu? masihkah ia menyimpul simetris seperti ketika aku menjadi alasannya? senyumanku adalah satu-satunya yang bisa kusisakan untukmu, Kila. kota ini telah mengambil semuanya. bahkan sekecup perpisahanmu di pipiku juga sepeluk perpisahan yang ku celengkan di laci lemari. ah, aku rindu mempertemukan senyum kita.

Makila Aristiana,
ah, betapa nikmatnya mengeja namamu. hal paling nikmat yang bisa kulakukan saat dahaga dijejalkan dalam pekerjaanku. sabar ya. aku pasti akan pulang. tapi mungkin tidak dalam waktu dekat.
semoga bintang-bintang selalu menjagamu.

salam sayang,
kekasihmu,

Wikara

PS: balaslah segera.
PPS: dengan ini kutitipkan sebuah lagu dalam kaset yang dinyanyikan band kesukaanku. judulnya "bertahan disana". bertahanlah, Kila.
PPPS: kirimkan aku lagi fotomu...

5 comment:

Ujang Arnas mengatakan...

Entah kenapa saya selalu suka ketika kau membahas kenangan.


Ini sedang ikut event ya? :| gak tau,,

Falra mengatakan...

thanks chank. hehehe..
yoi. Nih iseng-iseng ikut yg di twitter. skalian nulis gitu...

Putri Serindang Bulan mengatakan...

tiap mampir kesini pasti dibikin terkesimah deee :') nice, seneng bacanya. apalagi kila yang baca ;') hhe

Anonim mengatakan...

nice...suka bagian benang merah...
senang membayangkan ada benang merah panjang yang menghubungkan 'mereka'... :)

seno mengatakan...

hmm tak tahu harus bilang apa.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.