Bagaimana
jika waktu itu kita bersitatap lebih lama
Lebih lama.
Lalu kujabat aroma sore. Mega.
Ah, pandangan pertama...
katakan
kapan kau mau membawakan temu
Memungut satu-satu huruf namamu
Membingkiskan sekotak huruf namaku
Membiarkan kenal merambati kita malu-malu
hai, kamu.
Seperti yang biasa kau inisialkan.
Pada pagi, pada langit, pada asin, pada ikan.
Pada mata yang sewarna intan
Kilau.
Pada bagimana senyum yang menyimpul pelan
Bagaimana jika di suatu waktu lain di ujung siang
Atau di tengah-tengah petang yang matang
Kita mengatur waktu untuk menghilang. Berlanglang
Kemudian menjenguk rinduku nan meradang
Setelah itu kau kuantar pulang
Yah, mau bagaimana lagi,
Imajiku tak habis mem-bagaimana-kan angan
Sejak angan berubah menjadi sepasang mata mungil
Yang padanya aku menandai sore menjadi lebih lama
Lebih lama
Bagai nama.
0 comment:
Posting Komentar