23 Maret 2013

perihal kematian, penyesalan dan kenangan

pict. from here
beberapa hari yang lalu saya terpaksa harus melihat kematian lagi. saya mulai sadar tak bisa lagi menghitung jumlah kematian yang saya lihat sejak menjadi mahasiswa klinik fakultas kedokteran. melihat sesuatu yang awalnya terasa begitu mengerikan berulang kali akan membuatmu terbiasa. begitu juga dengan kematian, (jujur itu bukan suatu hal yang patut untuk dibanggakan). tapi ada satu hal yang tidak pernah berubah. selalu ada kesedihan yang memilukan. salah satu yang paling memilukan. seberapa pun seringnya melihat kematian, bagi orang yang masih memiliki nurani - bahkan jika kamu buka keluarganya -, selalu ada kepedihan didalam urangan itu yang ikut menangis dan memeluk para sanak yang ditinggalkan satu persatu.

siapa yang bisa menolak kematian? siapa yang siap menerima kematian? pertanyaan itu yang sering kali terbesit di benak saya setiap kali harus dengan terpaksa mengatakan perihal kematian pasien pada keluarganya. pertanyaan yang sebenarnya saya tanyakan pada diri saya sendiri. bagaimana jika suatu saat saya yang ada di tepi tempat tidur pasien, mencoba membacakan syahadat sambil sesekali terisak. siapkah saya? siapkah kita? karena suatu saat, siap ataupun tidak "ia" akan datang.

saya tidak sedang mencoba menakut-nakuti, atau sok menggurui. toh, kita memang sudah tahu perihal tentang kematian. saya hanya berpikir, saat waktu itu datang pada orang yang paling kita sayangi justru kita baru menemukan kenyataan bahwa itu adalah saat terakhir kita melihatnya, dan detik berikutnya beberapa dari kita akan menyadari betapa sedikitnya waktu yang kita luangkan untuk orang-orang yang tidak bisa kita lihat lagi senyumnya.

*

merasa terpisah itu sakit. bahkan meski hanya sebentar. keterpisahan yang lama justru awalnya akan membuatmu lupa. lalu lupa akan membuatmu abai. maka beruntunglah mereka yang tetap setia menjaga kenangan. karena bagi mereka yang telahdipisahkan oleh jarak dan waktu, bahkan dimensi, akan selalu hidup dalam kenangan.

ada banyak hal yang kita lupakan dari orang-orang kesanyangan kita yang telah meninggal. lucunya, kita baru mengingat-ingatnya setelah mereka pergi. saya juga begitu. saya selalu menyesal punya memori yang buruk. ketika saya berumur empat tahun, tante saya meninggal dan saya menyesal tidak punya cukup kenangan  tentang dirinya. saya bahkan sudah lupa wajahnya. yang paling saya ingat justru pada momen menjelang pemakamannya. saya masih ingat bagaimana nenek saya disela-sela tangisnya meminta saya untuk memijit-mijit kaki tante saya. katanya, tante saya sedang lelah. tak bisa berjalan. tiga tahun lalu, om saya juga meninggal. saya selalu lupa minta diajarkan karate. saya ingat rasa sakit saat ia memelintir tangan saya - tentunya hanya main-main - tapi saya selalu lupa cara ia melakukannya.

setahun kemudian kakek saya meninggal. dan saya bersyukur punya banyak kenangan tentang beliau. bagaimana tawanya, bagaimana kikuknya, bagaimana ia menuntun sepedanya ke masjid setiap kali adzan berkumandang, atau bagaimana ia selalu tersenyum. selalu. bahkan saat marah. mungkin saya masih mengingatnya karena ia pergi belum lama. yang saya sesalkan adalah saya sebagai mahluk yang agaknya mengerti kesehatan tidak peka untuk menyadari penyakitnya. dan itu adalah ironi paling menyakitkan dalam hidup saya. maka yang kemudian tertinggal di ingatan saya adalah tentang telpon bahwa kakek muntah darah. sepanjang hidup berikutnya saya berharap tidak melakukan kesalahan yang sama pada siapa pun.

terus mengenang itu tidak mudah. kita harus terus memutarnya berulang kali. seperti film. tapi kita tidak butuh VCD atau file video. yang kita butuhkan hanya benda kenangan. saya seringkali membayangkan bagaimana saya akan bercerita pada anak-anak saya tentang sosok buyut yang tidak pernah mereka kenal melalui sepedanya. saya membayangkan mereka akan bertanya "pa, kakek buyut itu seperti apa?" lalu saya akan mulai bercerita. pada saat yang bersamaan, saya bisa tetap menjaga kenangan saya tentang kakek saya.

*

siapa bilang "jangan menengok ke masa lalu" itu selalu benar? butuh keberanian dan ketegaran untuk mengingat masa lalu supaya tetap sadar darimana kita berasal dan kemana kita akan melangkah serta sudah sejauh mana perjalanan hidup kita. mengenang bukan suatu pekerjaan yang sia-sia. ada pelajaran di balik kenangan. lalu, dari kenangan seseorang bisa hidup lebih lama daripada umurnya. tapi lebih dari itu, karena kenangan, kita tetap bisa menjadi manusia. mahluk yang memiliki akal dan pikiran.

jadi seberapa banyak kenanganmu dengan ayahmu? dengan ibumu? dengan anakmu? dengan kekasihmu? karena saat mereka pergi tak ada lagi yang bisa menemanimu selain kenangan mereka. seberapa sering kamu menatap wajah mereka? karena suatu saat nanti ada masa dimana kamu akan lupa pada wajah mereka, pada senyum mereka, pada tawa mereka, kecuali kamu masih memiliki kenangan.

saya percaya, mereka yang mau mengenang adalah orang-orang yang menghargai masa lalu sebagai sesuatu yang masih layak untuk dipeluk.
~Falra

1 comment:

amira mengatakan...

terima kasih sodara.
jadi teringat keluarga & sodara-sodara dikampung.
jadi termotivasi untuk cepat pulang.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.